Selasa, 07 Maret 2017

Bahasa Baku Dan Non Baku

BAHASA BAKU DAN NON BAKU


        A.     Pengertian Bahasa Baku

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.
Pei dan Geynor (1954:203) mengatakan bahwa bahasa baku adalah dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi dialek-dialek lainnya, disepakati penutut dialek-dialek lain sebagai bahasa yang paling sempurna.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga ada dijelaskan.
baku I
(1)  pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar.
baku II
Bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar.
Penjelasan makna kata itu tentu saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121).
Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah.
Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat.
Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.

1.     Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.

2.     Fungsi Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa dan kerangka acuan.
a)    Bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu.
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku merupakan wahana ataualat dan pengungkap kebudayaan nasional yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.
b)    Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. 
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. BahasaIndonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.
c)    Bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa.
Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu, pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan baik dan benar” memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang meyangkut kewibawaan itu juga terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya yang besar.
d)    Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan. 
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan, bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan, pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.

3.     Ciri-ciri Bahasa Baku
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia nonbaku telah dibuat oleh para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia nonbaku itu dibeberkan di bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
a)    Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya :

  1.  keterampilan menjadi ketrampilan 
  2. subjek menjadi subyek
  3. paham menjadi faham
  4. napas menjadi nafas
  5. kualitas menjadi kwalitas


b)    Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:

  1. Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
  2. Kuliah sudah berjalan dengan baik.
  3. Lia melihat pemandangan air terjun.
  4. Ulfa membaca buku di perpustakaan
  5. Randi bermain sepak bola
  6. Rani bernyanyi dengan merdu
c)    Konjungsi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua di anggapnya penipu.
  2. Ani bingung mau ambil jurusan manajeman atau perikanan.
  3. Ayah dan Ibu membelikan adik baju baru
  4. Winda belajar giat agar mendapat peringkat 1 di kelas
  5. Rika ingin membeli sepeda, sedangkan rita ingin membeli sepeda motor.
  6. Tika berlibur ke derawan dengan keluarga besarnya.

d)    Partikel –kah, -lah dan ­–pun sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Bacalah buku itu sampai selesai!
  2. Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
  3. Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
  4. Bagaimanakah cara membuat puding coklat.
  5. Bagaiamanapun kita harus menyelesaikan soal itu.

e)    Preposisi atau kata dengan sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
  2. Ia benci sekali kepada orang itu.
  3. Mina lebih gemar melukis daripada kakaknya
  4.  Baju sekolahnya ada didalam lemari
  5. Kami akan sampai ke rumahmu pukul 04.00 sore.

f)     Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat. 
  2. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. 
  3. Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
  4. Ulfa berulang-ulang membaca materi itu.
  5.  Malam itu mereka pergi makan-makan bersama.
g)    Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. 
Misalnya:

  1. Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
  2. Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
  3. Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
  4. Aku – engkau bisa saja berbohong kepadaku!
  5. Saya – saudara harus meninjau langsung ke lapangan.
h)   Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Surat Anda sudah saya baca.
  2. Kiriman buku sudah dia terima.
  3. Baju-baju itu sudah saya susun.
  4. Buku-buku itu sudah rangkum.
  5. Undangan anda sudah saya baca.

i)     Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Saudaranya
  2. Dikomentari
  3. Mengotori
  4. Harganya
  5. Harganya
  6. Memotong
  7. Sepupunya
  8. Dikamar
  9. Membeli
  10. Keponakannya


j)      Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Kepala Kantor pergi keluar negeri.
  2. Rumah orang itu bagus.
  3. Tina memasak ayam goreng
  4. Ayah membeli baju baru
  5. Yanti menanam bungan anggrek

k)    Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:

  1. Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
  2. Novi pergi ke pasar.
  3. Saya sedang belajar, ketika ayah pulang.
  4.  Siti sengaja tidur cepat agar dia bisa bangun subuh untuk belajar.
  5. Saya sedang sedih sebab orang yang saya sayangi sudah meninggalkan saya.
  6. Dari pada saya bermain, lebih baik saya belajar.
l)     Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.

m)  Ejaan resmi sebagai bagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

n)   Peristilahan baku sebagai bagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 – 64).


       B.     Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

C. Contoh Dari Bahasa Baku Dan Tidak Baku

1. BAHASA BAKU DAN TIDAK BAKU

NO
    BAHASA BAKU
BAHASA TIDAK BAKU
  1
Apotek

Apotik

  2
Antre
Antri
  3
Tahun

Taun
  4
Senin

Senen
  5
Kamu

Kau
  6
Gizi
Gisi
  7
Bagaimana
Bagai mana
  8
Masjid
Mesjid
  9
Solat
Salat
 10
Surga
Sorga
 11
Nomor
Nomer
 12
Rabu
Rebo

  13
Tapai
Tape
 14
Pensil

Pinsil
 15

Esai
Esei
 16
Tidak
Gak
 17
Beasiswa
Bea siswa
 18
Cokelat
Coklat
19
Desain
Disain
20
Folio
Polio




2. CONTOH KALIMAT DARI KATA BAKU

1.      Lia diminta untuk menebus resep tersebut ke apotek.
                                                                                            
2.      Pengantrean ini sulit diterapkan di daerah perdesaan yang masih belum terbiasa antre.

3.      Tahun baru 2017 dirayakan oleh kelurga besar Zaniah dengan rasa syukur,  hikmat dan penuh rahmat bahagia.


4.       Setia hari senin dilakukan upacara bendera merah putih.

5.      Kamu adalah orang pertama yang memanggil ku.

6.      Makanlah makanan yang mengandung nilai gizi yang tinggi.

7.      Bagaimana cara anda mengatasi masalah itu

8.      Umat islam mengadakan isra mirad di masjid Qudussalam.

9.      Umat muslim wajib solat 5 waktu..

10.  Surga di telapak kaki Ibu.


11.  Silahkan masukkan nomor hp anda.

12.  Setiap hari rabu mahasiswa menggunakan pakaian putih hitam.

13.  Kelas 3 smp melakukan praktek membuat tapai.

14.  Nisa menemukan sebuah pensil di bawah meja.

15.  Isilah soal esai di bawah ini dengan benar.

16.  Dian tidak pergi ke sekolah karena sakit.


17.  Sejak semester satu, anita mendapatakan beasiswa bidikmisi di Universitas Borneo Tarakan.

18.  Roti bakar akan lebih enak, jika dimakan dengan coklat kental manis.


19.  Desain baju muslim dibuat untuk hari raya idul fitri.


20.  Tulislah tugas bahasa indonesia di kertas folio.


Daftar Pustaka

Zainal Nusyirwan. 2013. Bahasa baku dan Non Baku dalam Bahasa Indonesia. (online) http://zainalnusyirwan.blogspot.co.id/2013/04/bahasa-baku-dan-non-baku-dalam-bahasa.html diakses pada pukul 02:00  28 Februari 2017
Vicosta Efran. 2011. EYD Ejaan Yang Disempurnakan dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: JAL Publishing.
Fatya Permata Anbiya. 2010. Panduan EFD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Transmedia.
Rukanah. 2016. Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia. (online) https://rukanahep.wordpress.com/2016/04/05/makalah-penggunaan-kata-baku-dan-tidak-baku-dalam-bahasa-indonesia/ diakses pada pukul 15:40 27 Februari 2017
http://kakakpintar.com/daftar-kata-baku-dan-tidak-baku-a-z-dalam-bahasa-indonesia/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar